• SMAN PILANGKENCENG
  • SEKOLAH UNIK BERPRESTASI - Terus Berusaha Menjadi Sekolah Kepercayaan Masyarakat

Refleksi Diri tentang Filosofi Ki Hajar Dewantara

Menuntun 

Saya sering mendengar semboyan Ki Hajar Dewantara Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, tutwuri Handayani, tetapi saya tidak faham penerapannya dikelas. Tetapi setelah  mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dan membaca modul yang diberikan tentang Filosofi Ki Hajar dewantara,  saya memahami bahwa apa yang saya lakukan selama ini masih banyak yang harus dibenahi.

 

Pertama, saya memandang anak sebagai kertas kosong yang bebas saya isi apa saja. Saya memberikan materi tanpa memperhatikan apakah anak sudah memahami atau belum yang penting materi saya sudah tersampaiakn dan gugur kewajiban saya dalam mengajar.

Kedua, memandang semua anak itu sama. Saya memperlakukan semua anak dengan metode mengajar yang sama tanpa adanya tes diagnostic dan memahami apa yang disukai anak. Saya tidak memperhatikan bakat, minat  dan potensi apa yang dimiliki oleh anak.

Ketiga, Teacher center. Ketika mengajar saya menggunakan metode yang konvensional atau berpusat pada guru, kurang kreatif dan inovatif, sehingga anak kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Keempat, Fokus mengajar.  saya lebih berfokus menyelesaikan materi dan ketuntasan anak-anak pada KKM dan memprioritaskan nilai kognitif saja. Saya kurang memperhatikan nilai karakter anak yang justru itu adalah poin penting dalam proses pembelajaran.

Setelah mempelajari modul  tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya mulai menyadari tentang kesalahan yang selama ini saya lakukan. Saya tidak boleh memaksa anak untuk tumbuh kembang seperti yang saya inginkan, tetapi mereka adalah makhluk hidup yang tumbuh sesuai dengan kodratnya.

Pendidikan adalah menuntun

“Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.” (KHD. 1936. Dasar-dasar Pendidikan, hal 1)

Menurut KHD setiap anak itu adalah istimewa, merdeka punya keunikan dan karakteristik masing-masing, kita tidak memandang semua anak itu sama dan memperlakukannya sesuai yang kita inginkan. Saya sebagai guru seharusnya memberi tuntunan pada anak-anak menurut bakat, minat dan potensi masing-masing. Hal ini sejalan dengan analogi dari KHD bahwa seorang petani tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Demikian juga sebaliknya, dan setiap tanaman mempunyai cara yang berbeda untuk merawatnya. Tugas petani adalah menanam, memberi pupuk dan membasmi hama. Sama halnya seperti tugas guru yaitu menuntun, memberikan dorongan dan motivasi serta menghantarkan anak untuk mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Games

Bermain merupakan kodrat anak.

Menurut KHD, Permainan anak itulah pendidikan. Ki Hajar Dewantara (Pendidikan, halaman 241). Dalam hal ini pendidik harus memahami bahwa kodrat anak adalah bermain sehingga pembelajaran bisa diintegraskan dengan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Dengan cara memasukan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak mudah bosan.

Ketika pembelajaran saya harus berhamba pada murid, Berhamba pada murid berarti menaruh rasa hormat dan siap melayani kebutuhan anak dalam pembelajaran. Tentunya sebagai individu, kebutuhan belajar siswa pastinya berbeda; hamba yang baik akan selalu melayani kebutuhan tuannya sebagai pribadi yang unik dan menghormati keunikan mereka yang berbeda-beda. Serta menggali mereka untuk menjadi pembelajar sejati yang selalu ingin mencari informasi dan pengetahuan untuk bekal hidupnya.

Implikasi dari berhamba pada anak adalah pembelajaran yang berbasis student center, yaitu berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa berarti bahwa pembelajaran harus menempatkan siswa sebagai pusat dari proses belajar mengajar, sehingga akan mengembangkan minat, motivasi, dan kemampuan individu menjadi lebih aktif, kreatif dan inovatif serta bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri.

Tugas guru adalah mengajar namun menurut KHD tugas itu belum lengkap. Ada tugas lain yang lebih penting ketimbang hanya mengajar, yaitu mendidik. Mengajar hanya berfokus pada hal-hal bersifat lahiriah atau fisik dan mengejar nilai kognitif saja, sedangkan mendidik berfokus pada hal-hal yang bersifat batiniah atau mental dan ebih diarahkan pada pengembangan nilai karakter dan moral pada anak.

Setelah memahami pemikiran KHD, saya harus berubah. saya harus melakukan perubahan dalam proses pembelajaran. Saya harus memahami setiap karakteristik siswa dan akan memberi ruang dan kebebasan pada mereka  untuk menggali potensi menurut kodratnya masing-masing. Selain itu, pembelajaran yang selama ini menjadikan saya sebagai subyek akan saya benahi menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Saya harus  menjadi seorang guru yang menjiwai semangat sesuai pemikiran KHD yaitu  menjadi guru yang sesuai  Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso dan Tut Wuri Handayani.

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 PGP Angkatan 9

Saya Anis Hidayatun Nisa’, S.Pd, Guru Bahasa Inggris SMAN Pilangkenceng CGP Angkatan 9 Kabupaten Madiun. Saya akan berbagi pembelajaran yang sudah saya dapatkan dalam Program Pend

15/02/2024 23:33 - Oleh Anis Hidayatun Nisa - Dilihat 300 kali
Jurnal Refleksi Pembelajaran Berdiferensiasi

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.1 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI   Saya Anis Hidayatun Nisa Calon Guru Penggerak Angkatan 9 kabupaten Madiun. Saya akan menuliskan jurnal refle

02/11/2023 08:49 - Oleh Anis Hidayatun Nisa - Dilihat 28694 kali
Puisi Demonstrasi Kontekstual Ki Hajar Dewantara

https://youtu.be/Mp8cn0CA2h4?si=dXcmM8i2w-INSt_0

26/09/2023 19:50 - Oleh Anis Hidayatun Nisa - Dilihat 261 kali
Seri Antologi Guru - Pentingnya Jiwa Enterpreneurship Bagi Seorang Guru

Berbicara tentang entrepreneurship, pasti dalam benak kita akan timbul bayangan seseorang yang banyak berkecimpung di dunia usaha, berkaitan dengan modal/uang, atau yang lebih

07/07/2022 21:43 - Oleh Sofyan Ariefullah - Dilihat 836 kali
Seri Antologi Guru - LUKA YANG SUKAR MENGERING

“Soe hana i jak sikula ?” (Siapa yang tidak berangakat sekolah ?), tanyaku kepada para siswa kelas IV di pagi itu. “Uroenyoe Syifa hana i jak pak” (Hari ini Syi

07/07/2022 21:38 - Oleh Sofyan Ariefullah - Dilihat 305 kali